Suatu hari, tinggal seorang gadis
bernama Lisa. Ia adalah seorang gadis yang cerdas, rajin dan jujur. Tepat tiga
tahun yang lalu, keluarganya diguncang masalah besar yang membuat orang tuanya
berpisah. Kini, ia tinggal bersama ibunya di rumah yang sangat sederhana. Walau
hidupnya serba kekurangan, namun ia tetap bersyukur karena mendapatkan beasiswa
di sebuah SMA atas prestasi yang telah ia raih semasa SMP. Kini, ia duduk di
kelas 1 SMA. Ia berjanji, kesempatan yang ia dapat kali ini tidak akan ia
sia-siakan. Karena ia tak mau mengecewakan siapapun termasuk dirinya sendiri
atas mimpi yang ingin ia raih yaitu
menjadi seorang jurnalis.
Hari
itu, tepat saat pembagian kelas. Lisa masuk di kelas X2. Ia mendapatkan
teman-teman baru dan dengan suasana yang baru. Hari demi hari terus ia lalui,
hingga ia menemukan seorang teman yang ia anggap benar-benar cocok dengannya.
Ia adalah Rere, teman yang memiliki pola pikir dan impian yang sama dengannya
yaitu menjadi seorang jurnalis. Mereka berjanji akan berjuang bersama, gagal
bersama, bangkit bersama dan sukses bersama. Namun, persahabatan mereka tidak
berjalan mulus. Hari demi hari berlalu, kemampuan lisa semakin terkenal.
Apalagi dengan karya sastranya yang berhasil mendapatkan juara di tingkat nasional. Hal itu membuat
rere iri dan benci dengan keberhasilan lisa.
Suatu
hari, lisa mendapatkan tawaran beasiswa penuh di sebuah sekolah sastra yang
terkenal. Mendengar hal itu, lisa sangat senang. Lalu ia menceritakan kabar
gembira itu kepada rere. Namun, itu membuat rere semakin kesal. Rere bertanya “
apa kau menerima tawaran itu ?” lalu lisa menjawab” itulah yang ingin aku
tanyakan padamu. Apa aku harus menerimanya ?” kemudian rere menjawab dengan
nada yang sinis “bukankah kau yang mendapat tawaran itu ? lalu kenapa kau
bertanya padaku ?” . Mendengar hal itu,
lisapun terkejut. Ia tidak menyangka bila sahabatnya bisa mengatakan itu.
Keesokan
harinya, lisa mendapatkan sebuah surat dari ayahnya. Itulah kali pertama,
ayahnya mengirimkan surat dalam dua tahun terakhir. Isi surat itu membuatnya terkejut,
karena berisi tentang keinginan ayahnya agar lisa ikut ke Jakarta dan sekolah
di sana hingga menjadi seorang dokter. Hal itu membuat lisa semakin bingung. Di
sekolah, lisa menceritakan semua masalah pada temannya yang bernama Lili.
Karena ia menganggap, rere tidak bisa lagi diajak bicara masalah itu. Lili
mengatakan “pilihlah apa yang menjadi keinginanmu. Aku yakin kamu bisa memilih
yang terbaik” kata-kata itu membuat lisa sedikit tenang.
Beberapa hari kemudian, rere menghampiri lisa
dan mengatakan “dasar pembohong. Kau menerima tawaran itukan ? apa kau tidak
ingat dengan janji kita untuk berjuang, gagal ,bangkit, dan sukses bersama ?
dasar penghianat “. Belum sempat dijawab satu katapun, rere langsung pergi.
Lisa tak tahu apa yang membuat rere bisa mengatakan itu,padahal ia belum
memutuskan apapun. Sampai di rumah, lisa terkejut karena ayahnya ada di sana.
Ayahnya memohon agar lisa menerima tawarannya. Lalu lisa diam dan termenung. Ia
takut jika salah mengambil keputusan.
Beberapa saat
kemudian, ibunya datang mendekati lisa. Ia mengatakan “pilihlah sebuah
keputusan yang kau anggap tepat karena ini menyangkut masa depanmu”. Dan
akhirnya lisa memilih untuk ikut bersama ayahnya, dengan alasan agar tidak ada
orang yang tersakiti oleh keputusannya.
Pagi-pagi
di sekolah, lili mengatakan pada rere “dasar orang jahat. Apa kau tidak tahu ?
apa yang terjadi dengan lisa ? hari ini dia akan pergi. Dia akan pergi bersama
ayahnya ke Jakarta. Ia membuang impiannya agar kau tidak tersakiti. Ia akan
sekolah di kedokteran dan meninggalkan dunia sastra. Dan itu salahmu, apa kau
tahu ? lisa itu sangat menyayangimu,sangat peduli dengamu. Apa kau tak merasa
bersalah disedikitpun ? apa kau menganggap lisa tidak penting ? dasar egois”.
Rere terdiam mendengar kata-kata lili dan mengatakan “apa kau serius ? apa ia
benar-benar akan pergi ?”. Rere menangis dan langsung pergi ke rumah lisa tanpa
berpikir panjang.
Disana
ia bertemu dengan lisa yang hampir pergi dari rumah. Rere memeluk lisa dan
mengatakan “lisa, jangan pergi. Maaf, aku terlalu egois. Maaf, aku terlalu
jahat. Jujur aku iri padamu. Maafkan aku,jangan buang mimpimu. Terimalah
tawaran itu,itulah masa depanmu. Jika kau menolaknya, tidak hanya aku yang
tersakiti tapi juga dirimu. Aku mohon jangan pergi, aku ingin kau terus
berjuang untuk meraih mimpimu. Aku mohon !” . Sambil menangis, lisa menjawab
“terima kasih. Terima kasih telah menjadi sahabatku. Tanpa dukunganmu aku tidak
akan seperti ini. Sekali lagi terima kasih”
Lalu
lisa meminta izin kepada ayahnya untuk tidak pergi. Ayahnya pun mengalah karena
itulah keputusannya. Akhirnya lisa menerima tawaran di sekolah sastra itu. Rere
sangat bahagia melihat lisa semakin hebat
dan ia pun tak mau kalah. Ia juga
terus berjuang untuk meraih impiannya, karena ia yakin suatu hari nanti ia akan
menjadi jurnalis yang hebat.
Sepuluh
tahun kemudian tepatnya di sebuah acara bertemakan sastra, lisa bertemu dengan
rere. Kini rere telah menjadi jurnalis terkenal sama sepertinya. Rere sangat
berterima kasih kepada lisa karena telah memberinya banyak inspirasi dan
motivasi, sehingga ia bisa menjadi jurnalis yang hebat. Dari kisah hidupnya,
lisa menuliskan sebuah buku berjudul “Antara Hidup Dan Pilihan” yang saat ini
telah mendunia.
Tamat